4.2 MacGyver
Last updated
Last updated
Saya ingat ketika masih duduk di bangku SD. Saya terobsesi dengan sebuah serial televisi yang berjudul MacGyver.
Serial TV yang menceritakan tentang petualangan seorang anak muda pemberani yang pintar dan banyak akal.
Menghadapi para penjahat dengan barang-barang yang ada disekitarnya, dirakit dijadikan senjata, dijadikan alat untuk mengalahkan mereka. Sosok MacGyver ini memicu ketertarikan saya dengan segala hal yang berbau listrik dan elektronik.
Terlebih lagi saat menginjak masa SMP dan SMA, saya sudah punya cita-cita ingin menjadi apa. Ingin seperti sang idola yang pandai merakit komponen elektronik.
Memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu, memperbaiki sesuatu, dan memecahkan masalah bagaikan seorang MacGyver.
Mulailah saya membeli buku-buku rangkaian elektronik. Mulai membongkar peralatan elektronik yang ada di rumah untuk melihat apa isinya, bagaimana cara kerjanya. Namun alat yang tadinya bagus malah rusak karena saya bongkar. Kalau saja saat itu saya punya bengkel, maka motonya adalah “bongkar yes, pasang no”.
Saya mulai belajar merakit rangkaian elektronika sederhana, dari lampu kelap-kelip sampai pemancar radio. Bahkan saat itu saya sudah hafal semua nama dan cara membaca kode sebuah komponen elektronik, semua sudah di luar kepala.
Hobi itu saya jalani tanpa alat dan prasarana yang memadai. Uang saku hanya cukup untuk jajan di sekolah, tidak ada budget untuk hal diluar itu. Setrika pun saya pakai sebagai solder, karena belum mampu membeli solder sendiri.
Dan ketika saya ingat kembali masa-masa itu, saya menemukan benang merah yang sangat jelas. Masa-masa naif dan kreatif itu berkontribusi besar membentuk diri saya yang sekarang.
Saya siap melakukan apa saja untuk menjalani hobi yang disuka. Siap mempelajari apapun, memanfaatkan apapun yang ada untuk menunjang aktivitas tersebut.
Mentalitas yang sama juga saya pakai ketika awal belajar programming, ketika bekerja, bahkan sampai sekarang. Saya siap mempelajari semua yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan, entah itu bahasa pemrograman, tools, ataupun framework baru.
Saya tidak pilih-pilih, kalau suka maka saya pelajari, kalau tidak gratis maka saya beli.
Saya percaya tidak ada ilmu yang sia-sia. Meski tidak memberi manfaat langsung minimal mampu melebarkan horizon pemikiran kita.
Itu akan terbukti ketika berhadapan dengan masalah baru. Kita jadi punya banyak opsi yang bisa dijadikan solusi, punya lebih banyak ide karena wawasan yang luas.
Do whatever you want to do and whatever you need to do, jangan kasi kendor!