4.10 Kebebasan
Pagi itu adalah hari pertama saya menjadi pekerja independen. Hal pertama yang saya rasakan adalah kebebasan. Tidak perlu lagi memikirkan bahwa saya harus ke kantor tepat waktu.
Punya banyak waktu untuk melakukan hal yang saya suka, yaitu programming. Mengerjakan proyek klien atau hanya sekedar bermain-main dengan teknologi yang belum pernah saya pakai sebelumnya.
Keadaan juga terasa sangat berbeda. Sebelumnya saya punya teman diskusi. Kini semua harus saya atasi sendiri. Sebelumnya ada manajer yang jadi tameng komplain dari pimpinan, kini saya hadapi keluhan klien sendirian.
Bukankah saya sendiri yang menginginkan jalan itu? Bukankah saya sendiri yang memutuskan resign dan menjadi freelancer?
Di sana saya sadar bahwa, selama masih menjual waktu untuk mendapatkan uang, maka yang namanya kebebasan itu tidak benar-benar ada.
Menjadi freelancer memang memberikan saya fleksibilitas lebih dibandingkan dengan kerja di kantoran. Tetapi satu hal masih sama, yaitu: kerja dapat uang, tidak kerja tidak dapat uang.
Saya tidak menyesal, justru sedang mendapatkan pelajaran baru. Saya sudah membuat keputusan, artinya harus siap menanggung segala risikonya.
Masa-masa serius freelancing ini cukup menyenangkan. Saya belajar banyak hal, baik itu teknis maupun non-teknis. Belajar bagaimana berhadapan dengan klien, bagaimana memberikan harga terhadap sebuah proyek. Belajar bagaimana mengatur keuangan supaya bisa bertahan sampai ada proyek berikutnya, dan masih banyak lagi.
Secara finansial, sebenarnya cukup lumayan. Lebih baik dibandingkan ketika masih kerja di kantoran. Dengan hasil tersebut saya bisa membeli laptop bahkan mencicil sebuah sepeda motor.
Last updated