4.14 Home Sweet Home
Beberapa hari pertama berada di Bali, saya merasa sedikit aneh. Cuaca dan hawa yang panas sampai lingkungan yang berbeda. Saya merasa risih ketika melihat sebuah tempat atau ruangan yang dibiarkan berantakan, ataupun sampah yang dibiarkan berserakan. Sangat berbeda dengan apa yang biasa saya lihat di Sydney.
Belum lagi sebagai orang Bali yang pastinya tidak bisa lepas dari segala ikatan dan tanggung jawab ketika bermasyarakat. Berbeda dengan saat di Australia, dimana kehidupan saya hanya tentang bekerja dan mengurus diri sendiri.
Ternyata saya kena culture shock lagi.
Ketika memutuskan untuk pulang dan tidak kembali lagi, ternyata cukup yang bertanya kenapa saya mengambil keputusan seperti itu. Bukankah enak bekerja di luar negeri? Apa tidak kasihan dengan gajinya?
Pertama, saya memang tidak pernah punya rencana untuk tinggal disana terlalu lama. Saya hanya ingin mendapatkan pengalaman baru seperti yang saya cita- citakan. Visa kerja saya juga akan kadaluarsa, jadi pulang beberapa bulan lebih awal bukanlah masalah besar.
Gaji, untuk hal yang satu ini bisa dibilang saya beruntung. Tetapi tidak mungkin juga tanpa loyalitas dan kerja keras selama ini. Perusahaan memutuskan untuk membayar saya dengan jumlah yang sama dengan yang biasa saya terima di Australia. Sekali lagi ini bukan keberuntungan, I earned it, I worked hard for it and now I deserve it.
Buat saya, gaji tersebut adalah bonus. Efek samping dari jerih payah selama sepuluh tahun belakangan ini. Saya merasa pantas mendapatkan itu.
Jadi kalau mau hidup enak, praktis, dan bersih maka tinggalah disana selama mungkin. Saya pulang dalam rangka bergerak, bergerak mencari kesempatan dan peluang lain yang ingin saya coba.
Last updated